Balada Anak Tertindas – Masa Remaja Sang Guru Tarung Derajat

  • Whatsapp
Banner IDwebhost

JEJAK DIGITAL – Kalau saja Aa tak dikeroyok preman di Tegallega Bandung waktu usia nya masih 13 tahun, barangkali Boxer tak akan lahir di bumi nusantara ini. Kawasan Tegallega memang dikenal tak ramah dengan masyarakat. Di Kawasan itu banyak preman yang melakukan pemerasan, pemukulan dan tindakan-tindakan kekerasan lainnya kepada masyarakat. Sampai suatu ketika Aa mengalaminya. Ia dipukul dan dianiaya preman Tegallega. Tak hanya sekali, tapi berkali-kali.

Sikap apatis masyarakat terhadap lingkungannya dan sikap mental dari orang-orang tak bermoral itu membuat saya merenung. Dalam renungan itu saya merasakan kebesaran dan kegungan tuhan yang maha kuasa. Saya terus bersabar dan tawakal, ungkap Aa mengenang kisah pahit masa silam yang mendera dirinya.

Read More


Tapi yang jelas itulah asal muasal penyebab lahirnya perguruan Boxer. Dari renungan Aa, diperoleh suatu ilmu pembelaan diri yang mengandung lima unsur daya gerak, yaitu kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian dan keuletan. Lima unsur ini dikembangkan dari gerakan fisik yang dimiliki setiap insan manusia yaitu menendang, menangkis, membanting dan lain-lain. Prinsip ini didukung falsafah latihan: “Aku belajar dan berlatih beladiri adalah untuk menaklukan diri sendiri, tapi bukan untuk ditaklukkan orang lain”.

Pengalaman hidup yang pahit itu tak bisa terkikis dari diri Aa, dan mewarnai pemibinaan ilmu bela diri Boxer yang dipimpinnya. Misalnya Dewan Guru yang jumlahnya 13 orang. Angka ini diambil dari umur Aa sewaktu mengalami penganiayaan. Pusat latihan disebut Kawah Dradjat diambil dari nama Aa, Achmad Dradjat.

Aa sendiri tak pernah mempublikasikan jumlah anggota perguruannya kepada siapa pun. Tapi masyarakat melihat fakta kebesaran Aa dengan Boxernya. Masyarakat terpikat dengan sistem manajemen yang professional dari Boxer. Coba saja, perguruan bela diri mana yang mampu hidup dari iuran anggota nya? Lalu perguruan mana lagi yang bisa menyelenggarakan kejuaraan dengan menjual tiket ? jawabnya adalah Boxer. Dari iuran, mampu hidup, bahkan Boxer memiliki gedung pusat yang begitu megah di Bandung yang terletak di Jl. Antabaru V/1-5, Buah Batu, marga cinta. Di Tasik juga Boxer punya gedung yang tak kalah megahnya dengan Boxer, penontonnya meluap melebihi kapasitas gedung, dan semua nya membeli tiket masuk.

Memang agak unik, Boxer tak punya sumpah perguruan seperti perguruan bela diri lainnya. Tapi ikatan batin warga Boxer cukup erat, siraman rohani dari Aa untuk membina mental, moral para anggota nya, sudah lebih dari sumpah. Iuran anggota yang tak pernah tersendat itu juga berkat ikatan batin yang erat itu. Hanya soal manajemen, Aa memang tak banyak campur tangan. Yang mengelola perguruan mulai dari anggaran dan pembukuan dikerjakan oleh istrinya, Ny. April Yanti.

Dari hasil perkawinnannya Aa dikaruniai tiga orang anak, dua diantaranya sudah ikut dalam latihan, Badai Meganegara dan Rimba Digantara, sedang yang terkecil Dara Mentari belum ikut latihan. [Alwan MZ].

Source : Tribun Minggu ketiga Juni 1995
Photo doc : Jakarta Jakarta no 570 7-13 Juni 1997

Banner IDwebhost

Related posts